Selasa, 26 November 2013

Gara-gara Ini Bisa Dapat Kenalan Cewek



Langit sudah mulai berwarna oranye. Itu tanda bahwa sebentar lagi senja akan datang. Gue duduk di sebuah bangku kayu di taman sambil menikmati ramainya taman kota. Ada segerombolan anak kecil yang sedang berlari-larian di taman ini. Ada juga seorang anak kecil sedang menangis, kesakitan setelah jatuh saat berlari tadi. Dagang asongan juga lumayan banyak, mereka asyik menyajakan barang dagangannya.

Gue tetap duduk di bangku taman sambil menikmati suasana taman yang begitu indah. Sesekali gue mengecek handphone, kali ada aja message atau miscall dari seseorang gitu. Tapi ternyata, tak ada satu pun yang masuk. Haduh sedih juga yaa.

Merasa bosan duduk terus. Gue pun memutuskan untuk berjalan mengitari taman. Tanaman-tanaman yang hijau tumbuh dengan subur. Warna-warni bunga tampak harmonis dengan warna hijau dari daun tumbuhan di sini. Pemandangan yang sangat memanjakan mata banget nih!

Berjalan beberapa lama, tiba-tiba gue melihat seorang cewek yang duduk sendirian di bangku taman. Rambut hitamnya yang panjang terlihat cocok dengan wajahnya yang oval. Apalagi saat dia mengupingkan rambutnya, tambah cantik banget. Gue menghentikan langkah dan tetap memandang cewek itu dengan antengnya. Dia tampak lebih cantik kalau dilihat dari posisi gue sekarang: berada beberapa meter saja dari cewek itu

Pengin rasanya gue nyamperin cewek itu lalu kenalan. Tapi gue masih bingung gimana cara kenalannya supaya asyik dan gak ngebosenin. Kalau gue datengin cewek itu dan lagsung minta kenalan, kesannya gimana gitu, kurang bagus deh. Trus kalau gue gak kenalan sama dia dan milih ninggalin gitu aja, ini kesempatan emas buat gue yang notabenenya udah jomblo lama banget. Gue gak boleh nyianyiain kesempatan ini!

Gue berjalan mendekati cewek itu dengan penuh percaya diri. 
“Hey, gue boleh duduk?” tanya gue.
Cewek itu hanya mengangguk pelan. Gue pun langsung duduk di sebelahnya.
“Sendirian aja nih?” Pertanyaan basi banget keluar dari mulut gue.
“Iya.” Jawabnya singkat.
“Lagi badmood yaa?”
“Kayaknya sih gitu. Huh!”
Ide brilian gue pun muncul. Gue ambil sebuah permen Kopiko mini coffee dari kantong celana. “Coba makan permen Kopiko mini coffee ini. Dijamin deh badmoodnya bakalan hilang!”
Dia mengambil permen Kopiko mini coffee dari tangan gue. “Makasih yaa.”
Dia buka permen itu lalu memasukannya ke dalam mulut.
“Hmm!” gumamnya.
“Gimana? Mantep kan permen kopinya?”
“Iya nih.” Dia kelihatannya menikmati permen kopi itu. “Rasa kopinya enak bener. Manisnya juga pas. Enak deh!”
“Tuhkan! Gue bilang juga apa. Hehehe”



Gue memang selalu membawa beberapa permen Kopiko mini coffee saat bepergian keluar rumah. Soalnya permen kopi ini selalu siap menemani gue di saat-saat yang tak terduga. Seperti sekarang ini, menemukan seorang cewek dengan keadaan badmood. Lumayan kan bisa naikin mood cewek itu lagi.
Kami pun jadi lancar mengobrol. Mulai dari hal sepele sampai hal-hal yang menurut gue sudah masuk ke wilayah pribadi. Akhirnya, gue bisa dapet nomor cewek itu dan dia janji ke gue kalau nanti malam dia bakalan telpon gue. Senangnya!

Berkat permen Kopi mini coffee nih, gue bisa dapet kenalan cewek cantik kayak gitu. Wajar aja, permen ini kan jadi permen kopi pertama di Indonesia yang selalu membuat suasana jadi asyik, membuat mood menjadi baik, dan juga semangat yang makin menggebu. Yang paling penting, permen Kopi mini coffee ini selalu siap menemani gue kapan pun dan dimana pun. Tinggal buka bungkusnya, lalu makan deh. Hmm.. permen Kopiko mini coffee ini memang nikmat!

Kamis, 18 Juli 2013

WHEN I WAS/AM ALAY


"...Mereka pun pernah alay...... saatnya...kau dan aku sekarang...," lagu yang dilantunkan oleh Bunga Citra Kirana ini terngiang ngiang di telinga gue tadi pas lagi asyik boker mengeluarkan ampas sisa sahur tadi malam. Kalau lo gak tau Bunga citra Kirana, dia itu yang dulu nyanyi lagu Sunny dan sekarang lagi sibuk syuting Tukang Bubur naik andong.

Sambil mainin tokai yang agak lembek dengan lidi gue mulai ingat masa-masa alay gue dulu pas lagi SMA. Gue ingat pas gue mau minta maaf ke cewek dan bikin pidio baca puisi. Sumpah gue ngerasa romantis banget waktu itu, tapi sekarang gue sadar kalau itu alay. Kalau gue baca puisinya pakai background taman bunga atau didnding yang penuh hiasan mungkin keren lah. lah ini gue baca puisi deket lapangan bola di belakang sekolah.

Dulu pas SMA gue suka ngedit foto. Temen-temen gue bilang editan gue keren. Betapa bangganya gue waktu itu. Nah ini contoh beberapa foto editan gue dulu :

Ceritanya jadi presiden

Itu badannya kegedean, tangannya udah keriput.

Superpel ini mah

Ngarep? iya sih

Menemukan jati diri nih kayaknya
Dulu gue pikir foto-foto ini keren banget!!!! dan sekarang gue sadar kalau itu Norak sumpah. Boker gue tiba-tiba gak lancar pas liatin foto-foto ini.

Kealayan gue pas SMA makin diakui dengan ditemukkannya bukti sejarah berupa foto-foto berikut ini :




Sumpah ini fotonya udah kayak bolang ketemu kamera. Gue mulai berharap gue lupa ingatan dan lupa kalau gue pernah foto beginian. Itu pakai topi terus tangan digituin apa maksudnya coba????, dan coba liat, itu foto terakhir baju gue dua lapis dan baju di dalam lebih panjang,,,,, ITU GUE KENAPA???

Tapi bagaimanapun juga itu adalah bagian dari hidup yang pernah gue alamin. Gue gak memungkiri kalau gue pernah alay dan bahkan mungkin masih alay. Namun ada sisi kedewasaan dalam diri gue saat gue gak menutupi aib sebagai bentuk pencitraan. Ini gue, terus lo mau apa?



Selasa, 11 Juni 2013

THIS IS MY DREAM


Hidup itu harus punya mimpi, entah itu mimpi indah atau mimpi basah. Enggak, gue gak maksud jorok kok, maksud gue mimpi jadi perenang profesional gitu. Kan basah-basahan tuh  *ngeles*.

Dunia ini terus berkembang karena adanya mimpi. Kita gak akan jadi apa-apa tanpa sebuah mimpi. Kata bang Giring Nidji, Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Dari lirik lagu itu kemudian gue tahu kenapa para penjahat di kartun-kartun gak pernah bisa menguasai dunia . mungkin karena mereka gak punya mimpi. 

Waktu gue kecil gue pernah punya mimpi yang ekstrem. Gue pengen bisa jadi ultraman, manusia raksasa dengan kepala lancip dan setiap hari kelahi dengan monster. Menurut gue menjadi ultraman adalah salah satu bentuk penghematan energi. Karena dengan menjadi ultraman maka jakarta – bandung bisa ditempuh dengan jalan kaki. Namun seiring bertambahnya usia dan kegantengan gue, gue sadar  kalau mimpi gue gak masuk akal. Alasaannya semua pemeran ultraman itu ganteng  dan gue ....., gue...., gue gantengnya udah keterlaluan. Saking gantengnya gue bahkan menempati tingkat terakhir dari ganteng, yaitu “Abstrak”. 

Setelah gue beranjak SMA, gue berpikir kalau menjadi ultraman adalah mimpi terbodoh gue. Ternyata bukan, setamat SMA gue punya mimpi yang lebih ajaib daripada itu. Gue bermimpi menjadi boyband. Ya!!! Boyband, lo gak lagi salah baca. GUE BERMIMPI JADI PERSONIL BOYBAND *Diulang biar lebih terdramatisir*.

Waktu itu Sm*sh lagi tenar-tenarnya dan Cherrybelle lagi hot-hotnya. Sedangkan gue, status gue masih mantan siswa dan calon mahasiswa yag merangkap admin sebuah fanbase bernama @TwibiBoyz. Iya, gue pernah Alay -_-“. 

FYI aja sih, dulu fans Cherrybelle hanya disebut dengan nama Twibi dan gue adalah orang di balik nama twiboy. Gue yang ngusuin kalau fans cowoknya disebut twiboy karena menurut gue twibi itu “girly”. 

Sekarang gue baru nyadar kalau Twiboy emang gak “Girly” tapi terdengar rada “Bancy” *Disambit Anisa Cibi* . Aku kotor!.

Dari akun Twibiboyz-lah kemudian gue kenal dengan dua orang manusia (yang juga penggemar cherrybelle tentunya) bernama Jimmy dan Denny. Jimmy bukan Jimmy Neutron dan Denny bukan Denny Phantom apalagi  Denny si Manusia Ikan. Jimmy seorang siswa SMK dan Denny seorang mahasiswa pemetik gitar. Setelah semakin akrab, kami bertiga sepakat membentuk Boyband.
Sejak itu gue mulai rajin latihan dance di rumah.berbagai gerakan gue pelajari, mulai dari koprol, kayang, moonwalk sampai goyang ngebor. Untuk gerakan  koprol gue modifikasi dengan  koprol sambil bilang Wow. WOW!.

Berhubung gue  gak mau kalau boyband gue entar dicaci karena lipsync gue berusaha meningkatkan kualitas suara dengan rajin olah vokal minimal dua kali sehari. Untuk menghemat waktu, jadwal olah vokal gue sesuain dengan aktivitas lain yang dilakukan dua kali sehari dan dapat dilakukan bersamaan. Awalnya gue mengatur jadwal olah vokal disamakan dengan jadwal makan, hasilnya gue digaplok dengan magic jar sama nyokap karena makan sambil nyanyi. 

Senin, 10 Juni 2013

CERITA CINTA MONYET




Malam ini gue tiba-tiba kepikiran masa kecil gue. Gue ingat pertama kali gue suka sama cewek. Bukan berarti sebelumnya gue suka sama cowok sih. 
Mengenai istilah cinta monyet gue sendiri dulunya kurang paham. Dalam pikiran gue, cinta monyet itu adalah jenis pacaran yang dilakukan dengan saling mencari kutu kemudian memakannya. Kadang gue juga berpikir kalau cinta monyet itu adalah jenis cinta yang ekpresinya dilakukan dengan bergelantungan di pohon sambil teriak-teriak “I LOVE UUUUUUOOOOOOOOOOO”. Kalau perkiraan gue benar maka gue lebih setuju cinta ini disebut cinta Tarzan.

Cinta monyet pertama kali gue alamin pas gue umur 4 tahun. Sebagai seorang anak kecil seharusnya gue menyesal karena terlalu cepat dewasa.
Dulu di kampung ada seorang bidan yang didatangkan dari ibukota provinsi. Bu Bidan cantik ini tinggal di puskesmas, letaknya tidak  jauh dari rumah guru yang gue tempatin. Gue cukup akarab sama si ibu bidan, tiap hari gue main ke puskesmas buat nemenin atau entah ngeganggu si bidan.
Tunggu dulu, cinta monyet pertama gue bukan si ibu bidan ini lho. Sehina-hinanya gue, gue tak doyan sama wanita tua.
 Waktu itu musim kemarau. Di kampung gue musim kemarau itu sama dengan miniatur neraka, panas banget. Hanya anak kecil dengan kemampuan super seperti gue aja yang nekat main di luar rumah. Yap! Gue emang anak super, super budek gak mau dengerin nasihat orang tua. Saking bandelnya, gue dikutuk jadi batu sama nyokap tiga hari sekali.
Si ibu bidan sedang pulang kota. FYI aja, pulang kota adalah kebalikan dari pulang kampung. Gue yang bermaksud buat main ke puskesmas akhirnya mutusin buat main sepeda di sekitar puskesmas. Berhubung gue bukan Samson jadi gue main sepeda dalam arti keliling-keliling pakai sepeda bukannya mainin sepeda dengan dilempar dan ditangkap kemudian diseimbangin dengan meletakannya di atas hidung pesek gue.
Berhubung gue belum pandai pakai sepeda jadi sepeda gue yang mungil ini harus dipasang dua roda bantu di kanan dan kirinya. Sialnya, niat gue buat keliling-keliling salah diartiin sama sepeda kesayangan gue, salah satu roda bantunya tidak bisa berputar. Akibatnya sekuat apapun gue goes, bukannya keliling-keliling puskesmas malah sepeda gue tetap berputar-putar di tempat seperti motor bebek yang dikunci setangnya.
Pas lagi asyiknya main sepeda, tiba-tiba dua buah motor berhenti di depan puskesmas. Sesosok wanita cantik turun dengan anggun sambil melepas kacamatanya. Entah darimana angin tiba-tiba bertiup meniup rambut panjangnya. Ini mirip adegan-adegan sinetron yang sering gue tonton di kantor kepala desa. Adegan dilanjutkan dengan si wanita mengeluarkan tissue dari tasnya lalu menyeka keringat di wajahnya. Cantik banget.

Minggu, 09 Juni 2013

MAMON SI MAHASISWA SESAT




Nama gue  Yahya Muhaimin tapi elo bisa manggil gue mamon. gue lahir  19 tahun yang lalu, di sebuah kampung yang bahkan namanya gak ada di peta Indonesia. Gue pernah coba cari di google map dan ternyata juga gak ada. Nama kampung gue Sri Wangi, gue tau lo pasti bayangin gue lahir dalam kotak teh. Gue gak sehina itu. 
Gue seorang Mahasiswa Pendidikan Biologi di salah satu Universitas Negeri di Pontianak. Gak perlu gue sebutin juga lo pasti tahu, soalnya di Pontianak universitas negerinya Cuma satu.Tragis.
Kuliah di Pendidikan Biologi sebenarnya bukan cita-cita gue. Saat  kecil gue sempat bercita-cita jadi bidan. Kita hanya bisa berkehendak dan Tuhanlah yang menentukan. Lulus SMA gue sadar  akademi kebidanan hanya untuk cewek, artinya gue gak bisa jadi bidan. Cita-cita gue kandas, gue hampir frustasi. Sempat  gue berpikir buat operasi kelamin, tapi menurut nenek gue biaya operasi kelamin sangat mahal, gue tahu penghasilan bokap sebagai PNS Cuma cukup buat makan. Kalau harus jual diri gue gak akan bisa. Soalnya harga diri gue terlalu mahal untuk dijual. Hanya artis sekelas Ketti Peri dan Paris Hilten yang mampu beli gue, itupun dengan uang muka yang udah di subsidi 30% dan cicilan selama 1000 bulan. Gue tambah frustasi.
Setelah dapat penawar dari dukun langganan nenek gue, akhirnya gue dapat menerima kenyataan. Kenyataan bahwa gue emang telalu mahal buat jual diri, ups.
Gue sendiri bingung kenapa gue terjebak di jurusan yang gak pernah gue cita-citain ini. Gue coba memutar kembali memori ke masa lalu, soalnya gue selalu ingat bahwa apa yang kita lakukan di masa lalu berdampak bagi apa yang kita alami sekarang. Jelas-jelas dulu guru fisika gue pernah nasehatin gue buat gak ngambil jurusan biologi karena jadi mahasiswa biologi akan sangat melelahkan. Seperti yang gue alami sekarang.